Sabtu, 23 Oktober 2010

Substitusi Nukleofilik Aromatik... Ada kah?

Substitusi Elektrofilik Aromatik?? "Hmmm...biasa...." Substitusi Nukleofilik Aromatik?? "Mmmm.... mmg bisa ya??? SN berapa tuh? 1 atau 2??"
Membingungkan sih, kl ditanya gimana mekanisme reaksi SN buat senyawa aromatik. Apalagi kl pemahaman kita masih terbatas di SN senyawa alifatik pada umumnya. Rupa-rupanya, senyawa aromatik punya cara sendiri dalam bereaksi SN. Bisa dibilang, SN itu hanya namanya saja, tapi mekanismenya tidak. Mau tau? Silahkan dibaca....

Substitusi nukleofilik yang paling sederhana pada cincin aromatic, seperti pada penggantian bromide dari bromobenzena dengan ion hidroksida, tidak dapat terjadi.

Perhatikanlah-mekanisme reaksi ini salah! Tidak ada reaksi yang tepat. Kau mungkin akan bertanya, “mengapa tidak?” reaksinya terlihat benar, dan jika cincin dijenuhkan, reaksinya memang benar.

Reaksi ini adalah reaksi SN2, dan kita tahu bahwa serangan yang terjadi pada ikatan C-Br harus terjadi dari belakang, dimana cuping yang paling besar dari orbital σ* berada. Reaksi ini benar untuk cincin alifatik karena atom karbonnya adalah tetrahedral dan ikatan C-Br tidak berada sebidang dengan cincin. Substitusi pada bromine ekuatorial berjalan sebagai berikut:

Tapi pada senyawa aromatic, ikatan C-Br berapa sebidang dengan cincin dengan atom karbon trigonal. Untuk menyerang dari belakang, nukleofil harus menyerang dari cincin benzene dan menginversi atom karbon dengan jalan yang tidak masuk akal. Reaksi ini tidak mungkin terjadi!

Ini contoh lain pada aturan umum.
Jika SN2 tidak mungkin, bagaimana dengan SN1? Hal ini mungkin saja, namun berlangsung kurang baik. Reaksi ini harus melibatkan pelepasan gugus pergi dengan sendirinya dan pembentukan kation aril. Semua kation yang telah kita jumpai dalam reaksi SN1 berbentuk planar dengan orbital p kosong. Kation ini planar, namun orbital p-nya penuh karena menjadi bagian dalam cincin aromatic, dan orbital kosong adalah orbital sp2 yang berada di bagian luar cincin.

Meskipun dalam faktanya, hanya gugus pergi yang paling baik, yaitu molekul N2, yang dapat menjalani reaksi SN1.


SUBSTITUSI NUKLEOFILIK AROMATIK (MEKANISME ADISI-ELIMINASI)

Bayangkan suatu siklik β-fluoro-enon bereaksi dengan amina sekunder dalam reaksi substitusi konjugasi. Produk diperoleh melalui reaksi adisi untuk membentuk enolat, diikuti oleh kembalinya muatan negatif untuk melepas ion fluorida.

Sekarang bayangkan juga pada reaksi yang sama dengan dua tambahan ikatan rangkap pada cincin. Substitusi konjugasi menjadi substitusi aromatic nukleofilik.

Mekanisme ini disertai oleh adisi pada nukleofil diikuti oleh eliminasi gugus pergi, inilah yang disebut mekanisme adisi-eliminasi. Tidak hanya gugus karbonil – setiap gugus penarik elektron dapat melakukannya. Syaratnya hanyalah bahwa elektron harus dapat keluar dari cincin menuju gugus penstabil anion. Berikut adalah contoh gugus nitro yang berada pada posisi para.

Hal-hal yang mempengaruhi berlangsungnya reaksi ini ialah Nukleofil (OH-), gugus pergi (Cl-), gugus penstabil anion (NO2), dan posisi para-. Nukleofilnya adalah nukleofil yang baik, muatan negatif dapat didorong melewati atom oksigen pada gugus nitro, dan klorida adalah gugus pergi yang baik.
Tipe substitusi nukleofilik aromatic harus mempunyai:
- nukleofilik oksigen, nitrogen atau sianida
- gugus pergi berupa halide
- gugus karbonil, nitro atau sianida berada pada posisi orto atau para terhadap gugus pergi.

a. Posisi Gugus Penstabil Elektron Terhadap Calon Gugus Pergi
Gugus penstabil elektron, seperti nitro atau karbonil dalam anion, harus berada pada posisi orto atau para untuk memberikan efeknya. Ilustrasi yang baik tentang ini digambarkan pada penggantian selektif satu dari dua gugus klorin, dimana yang lepas adalah klorin yang berada pada posisi orto, sedangkan pada posisi meta tidak dilepaskan.

Mekanismenya berjalan baik jika kita menyerang pada klorin dengan posisi orto yang kemudian muatan negatifnya dapat didorong masuk ke gugus nitro. Dan hal ini tidak dapat dilakukan jika kita menyerang klorin pada posisi yang lain.

b. Gugus Pergi dan Mekanismenya
Sebelumnya kita telah menunjukkan substitusi nukleofilik aromatic dengan florida sebagai gugus pergi. Florida bekerja dengan baik sebagai gugus pergi, demikian halnya pada senyawa 2-nitro-fluorobenzena yang bereaksi baik dengan berbagai nukleofil, contohnya:

Reaksi yang sama terjadi dengan 2-nitrohalobenzena lainnya, namun kurang efektif. Senyawa fluoro bereaksi sekitar 102-103 kali lebih cepat dari senyawa kloro- atau bromo-, dan iodo- bereaksi lebih lambat.

Hal ini seharusnya mengherankan. Ketika kita mengamati substitusi nukleofilik lain seperti pada gugus karbonil atau pada karbon jenuh, kita tidak pernah menggunakan fluorida sebagai gugus pergi! Ikatan C-F sangat kuat – paling kuat dari semua ikatan tunggal dengan karbon – dan ikatan ini sulit dilepaskan.
Jadi mengapa fluorida lebih baik digunakan dalam substitusi nukleofilik aromatic dan mengapa fluorida bereaksi lebih cepat dari pada halogen lainnya? Kita tidak mengatakan bahwa fluorida adalah gugus pergi yang lebih baik dalam substitusi nukleofilik aromatik. Penjelasannya bergantung dari pemahaman kita terhadap mekanisme reaksi.

Mekanisme yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa reaksi ini berlangsung 2 tahap, adisi dan eliminasi. Dalam mekanisme dua-tahap, satu tahap lebih lambat dan merupakan tahap penentu kecepatan. Tahap lainnya tidak begitu mempengaruhi kecepatan. Kamu mungkin menebak bahwa, dalam mekanisme substitusi nukleofilik aromatic, tahap pertamalah yang lebih lambat karena pada tahap ini terjadi penggangguan aromasitas. Tahap kedua mengembalikan aromasitas dan berjalan lebih cepat. Pengaruh dari fluorida, atau gugus pergi lainnya, semestinya ada pada tahap pertama. Seberapa baik gugus pergi itu lepas, bukan menjadi masalah. Kecepatan pada tahap kedua – tahap dimana fluorida lepas – tidak memberikan pengaruh berarti pada kecepatan reaksi.

Fluorida, pada faktanya, memperlambat tahap kedua (dibandingkan dengan Cl-), tapi mempercepat tahap pertama oleh efek induksinya yang besar. Fluor adalah atom yang paling elektronegatif dan menstabilkan intermediate anionic, membantu penerimaan elektron oleh cincin benzene.

c. Pengaktifan Substituent Penstabil-Anion
Gugus nitro adalah gugus terbaik dalam menstabilkan intemediat anionic. Gugus penstabil lainnya termasuk karbonil, sianida, dan gugus yang mengandung sulfur seperti sulfoksida dan sulfona.
Berikut diberikan perbandingan kecepatan untuk reaksi yang sama tapi dengan gugus pengaktif yang berbeda. Mekanisme tiap reaksi sama, yang berbeda hanyalah kekuatan penarik elektron dari gugus pengaktif. Kita telah mengetahui bahwa tahap pertama adalah tahap penentu laju reaksi. Symbol Z mewakili gugus penstabil-anion. Nilai kecepatan relatif dibandingkan dengan Z sebagai nitro.



Tiap senyawa bereaksi lebih lambat dari senyawa yang mengandung gugus nitro.

Sumber : Clayden, J., Organic Chemistry, McGraw-Hill Companies, New York.

Senin, 09 Agustus 2010

Hijab itu... Semakin Tak Terlihat

Tulisan ini hanya sepenggal curahan hati, yang mungkin meluap akibat rasa malu...
...................................................................
Saya tidak terlalu aktif untuk setiap kegiatan dakwah di lingkup kampus. Saya lebih merasa nyaman beraktifitas dan fokus pada dakwah di lingkup fakultas. Apalagi kegiatan di luar kampus juga menyita waktu. Jadi, kadang saya tidak berani mengambil amanah di luar fakultas karena takut tidak bisa mengatur waktu.
Tapi kali ini, karena kegiatannya di masa liburan, saya pun mengusahakan untuk ikut berpartisipasi, membantu sebisa saya.
Namun.... ada hal yang membuat saya kecewa...


Saya akui semangat teman-teman dalam bekerja luar biasa. Kadang saya malu ketika membandingkan diri saya yang tidak terlalu banyak berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Kalaupun saya ikut membantu, yah... paling hanya hal-hal kecil, yang tidak terlalu menuntut banyak pengorbanan.
Sms-sms yang sering saya dapatkan berupa kalimat penyemangat dalam dakwah, kata-kata seperti "Semangat,ukh!" atau "Demi dakwah!!" yang selalu diberikan untuk menyemangati satu sama lain, terdengar begitu hangat.

Tapi, sungguh saya harus kembali malu... bukan karena melihat semangat teman-teman yang begitu besar, atau karena menyaksikan pengorbanan teman-teman yang luar biasa, tapi saya malu... karena hijab itu semakin tak terlihat.
Saya agak kaget ketika baru saja datang ke tempat teman-teman bekerja. Rupanya tempat ikhwan dan akhwatnya cukup dekat. Saya langsung bertanya pada diri sendiri "Lho, koq dekat sekali?". Tapi saya mencoba berprasangka baik, "mungkin karena sama-sama menggunakan printer, jadi jaraknya tidak bisa terlalu jauh..."
Saya pun ikut bergabung di tengah-tengah akhwat yang lain. Mencoba membantu sebisa saya...

Namun tanda tanya semakin menggelayut ketika di depan mata, saya harus menyaksikan interaksi yang tak pantas dan tak wajar antara ikhwan dan akhwat. Senda gurau yang begitu lepas, tawa dan senyum yang dibiarkan begitu saja, dan kata yang menurutku tak pantas di ucapkan antara seorang ikhwan dan akhwat.
Tidak semuanya, tapi beberapa...

Andai saja di perkumpulan itu tak ada bahasa "akhi" atau "ukhti", dan perempuannya tidak memakai kerudung yang panjang, maka saya tidak akan tahu bahwa orang-orang didalamnya adalah manusia-manusia tertarbiyah...

Inikah yang selama ini kita dapatkan??? Kebebasan berinteraksi tanpa ada rasa malu. Lalu kemana hijab itu???
Sebegitu semangatnya kah kita dalam menjalankan amanah, hingga lupa akan esensi dari amanah itu sendiri?

Saya tidak menyesal berada di jama'ah ini, apalagi berfikir untuk lari. Tidak. Saya hanya malu dengan orang-orang di dalamnya.
Tidak semuanya, tapi beberapa...

Saya tahu, ada yang salah sejak awal. Dan kesalahan itu perlu kita benahi bersama. Mungkin kesalahan itu juga ada pada diri saya. Mungkin saja saya juga bagian dari beberapa orang itu. Tapi tak pantas jika kita hanya menyalahkan saja. Perlu ada tindakan yang harus segera kita lakukan, sebelum ini semakin mendarah daging, dan dianggap wajar oleh semuanya...

Jumat, 11 Juni 2010

Pesan Seorang Ayah

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan
DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang
kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar
matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun
setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang
bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya
tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku,
akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak
membayar sementara aku tidak boleh menagih".

"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah
ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya
saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan
kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku
bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal
yang sama.
Jawab anak sulung :
"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah
berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada
saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian
modal tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau
pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat
ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam..
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah
toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku
menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan
presepsi yang berbeda..
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan
sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa
juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita…
pilihan ada di tangan anda.

`Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'

Kamis, 10 Juni 2010

Takahashi, 5 Menit Menuju ke Surga

Kuringgu… kuringgu …. kuringgu!!! (kring …kring …kring..). Suara telepon rumah Muhammad berbunyi nyaring.

Muhammad: Mosi mosi? (Hallo?)

Takahashi: Mosi mosi, Muhammad san imasuka ? (Apakah ada Muhammad?)

Muhammad: Haik, watashi ha Muhammad des. (Iya saya).

Takahashi: Watashi ha isuramu kyo wo benkyou sitai desuga, osiete moraemasenka? (Saya ingin belajar agama Islam, dapatkah Anda mengajarkan kepada saya?)
Muhammad: Hai, mochiron. (ya, sudah tentu.)

Percakapan pendek ini kemudian berlanjut menjadi pertemuan rutin yang dijadwalkan oleh dua manusia ini untuk belajar dan mengajar agama Islam.

Setelah beberapa bulan bersyahadat, Takahashi kian akrab dengan keluarga Muhammad. Dia mulai menghindari makanan haram menurut hukum Islam.

Memilih dengan hati-hati dan baik, mana yang boleh di makan dan mana yang tidak boleh dimakan merupakan kelebihannya. Terkadang tidak sedikit, keluarga Muhammad pun mendapatkan informasi makanan-makanan yang halal dan haram dari Takahashi.

“Pizza wo tabenaide kudasai. cheese ni ra-do wo mazeterukara.. (Jangan makan pizza walau pun itu adalah cheese, karena di dalamnya ada lard, lemak babi)”, nasihatnya di suatu hari. Takahashi mengetahui informasi semacam ini karena memang kebiasaan tidak membeli pizza, atau makanan produk warung di Jepang memang sudah terpelihara sebelumnya di keluarga Muhammad.

Toko kecil makanan halal milik keluarga Muhammad, menjadi tumpuan Takahashi dalam mendapatkan daging halal. Suatu ketika Takahashi ingin makan daging ayam kesukaannya, tapi dia ngeri kalau melihat daging ayam bulat (whole) mentah yang ada di plastik, dan tidak berani untuk memotongnya. Dengan senang hati, Muhammad memotong ayam itu untuk Takahashi. Dia potong bagian pahanya, sayapnya, dan badannya menjadi beberapa bagian.

Setiap pekan, Takahashi terkadang memesan sosis halal untuk lauk, bekal makan siang di kantor. Setiap pagi ibunya selalu menyediakan menu khusus (baca: halal) untuk pergi ke kantor tempat dia bekerja. Sebagai ukuran muallaf Jepang yang dibesarkan di negeri Sakura, luar biasa kehati-hatian Takahashi dalam memilih makanan yang halal dan baik. Terkadang Muhammad harus belajar dari Takahashi tentang keimanan yang dia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Pernah dalam suatu percakapan tentang suasana kerja, Takahashi menggambarkan bagaimana terkadang sulitnya menjauhi budaya minuman sake di lingkungan tempat kerjanya. Di Jepang, suasana keakraban hubungan antara atasan dan bawahan atau teman bekerja memang ditunjukkan dengan saling memberikan minuman sake ke gelas masing-masing.

Dalam kondisi hidup ber-Islam yang sulit, Takahashi ternyata terus melakukan dakwah kepada ibunya. Beberapa bulan kemudian akhirnya ibunya pun menjadi muallaf dengan nama Qonita, nama pilihan Takahashi sendiri buat ibu yang dia cintainya. Sampai saat ini, bagaimana dia mendapatkan nama itu, tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali Takahashi.

Beberapa bulan berlalu, pertemuan kecil-kecilan berlangsung …terlontar dari mulutnya suatu kalimat.

“Watashi ha kekkon simasu (Saya mau menikah)….”, ujarnya.

Dengan proses yang panjang, akhirnya dia mendapatkan jodohnya, wanita Jepang yang cantik, yang dia Islamkan sebelumnya. Setahun kemudian, suatu hari Takahashi datang ke rumah Muhammad dengan istrinya yang berkerudung, ikut serta juga buah hati mereka yang telah hadir di dunia ini.

Pada suatu hari, iseng-iseng Muhammad bertanya kepada Takahashi, “Apa yang menyebabkan Takahashi lebih tertarik dengan Islam?”

“Sebenarnya saya belajar juga Kristen, Budha dan Todoku (Agama moral) selain Islam,” Takahashi menjelaskan.

“Masih ingat dengan telepon kita dulu? Waktu pertama kali aku telepon ke Muhammad beberapa bulan dulu”, sambungnya.

“Iya ingat sekali”, jawab Muhammad.

“Kita waktu itu membuat perjanjian untuk bertemu di suatu tempat bukan?”, tanya Takahashi.

“Iya benar sekali”, sambung Muhammad lagi sambil mengingat-ingat kejadian saat itu.

“Saya sungguh ingin mantap dengan Islam, karena Muhammad datang 5 menit lebih dulu dari pada waktu yang kita janjikan, dan Muhammad datang terlebih dahulu dari pada aku. Muhammad pun menungguku waktu itu”, jawab Takahashi beruntun.

“Karena itu aku yakin, aku akan bersama dengan orang-orang yang akan memberikan kebaikan”, sambungnya lagi.

Jawaban Takahashi membuat Muhammad tertegun, Astaghfirullah sudah berapa kali menit-menitku terbuang percuma, gumam Muhammad.

Begitu besar makna waktu 5 menit saat itu untuk sebuah hidayah dari Allah SWT. Subhanallah, 5 menit selalu kita lalui dengan hal yang sama, akan tetapi 5 menit waktu itu sungguh sangat berharga sekali bagi Takahashi.

Bagaimana dengan 5 menit yang terlewat barusan, milik Anda? []

Takahashi, 5 Menit Menuju ke Surga
Kaifa Ihtada
26/4/2010 | 13 Jumadil Awal 1431 H |
Oleh: Muhammad Yusuf Efendi
dakwatuna.com

Rabu, 09 Juni 2010

Jangan Menunggu “Terima Kasih” dari Seseorang

Allah menciptakan para hamba Nya agar selalu mengingat Nya, dan Dia menganugerahkan rezki kepada setiap makhluk ciptaan Nya agar mereka bersyukur kepada Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah selain Dia dan banyak pula yang bersyukur kepada selain Dia.

Tabiat untuk meningkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan, serta melupakan bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, Anda tak usah resah bila mereka pun memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda berbuat baik kepada mereka.

“Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul Nya) kecuali karena Allah dan Rasul Nya telah melimpahkan karunia Nya kepada mereka.” (QS. At Taubah: 74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: syahdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik; ia memberinya makan, pakaian dan minum, mendidiknya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun sayang, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. la tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendatangkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka! Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al Insan: 9)

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikiranya saat menghadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah olah belum pernah mendengar wahyu ilahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan:

“Tetapi setelah Kami hilangkam bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: )

Anda tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda!

[Laa Tahzan, Jangan Bersedih. Aidh Al-Qarni]

Organik Fisis : Partisipasi Gugus Tetangga

Waktu dikasi tugas buat makalah tentang Partisipasi Gugus Tetangga, awalnya bingung juga. Soalnya emang nggak pernah dengar tentang itu. Cari bahan di internet pun susah. Paling ngebahas dasar-dasarnya aja, itupun bahasa inggris pula. Tapi karena semangat mencari ilmu (ehm...ehm...), apapun materinya sikat ajaaahh...
Nah, berikut ini sedikit tulisan yang sudah saya buat menyangkut partisipasi gugus tetangga. Salah satu materi yang nggak boleh kelewatan buat para pecinta Kimia Organik. Semoga bermanfaat....
Pada reaksi substitusi nukleofilik, partisipasi gugus tetangga didefinisikan sebagai gugus yang memberikan suatu reaksi intermediate yang baru pada pusat reaksi. Untuk reaksi substitusi seperti dibawah, X sebagai gugus tetangga berperan dalam penyerangan nukleofilik intramolekul sehingga melepaskan Y sebagai gugus pergi, yang kemudian diikuti oleh substitusi intermolekul.

Hasil dari partisipasi ini ialah pembentukan produk substitusi dengan konfigurasi yang berlawanan dengan konfigurasi yang seharusnya terjadi pada SN2, dimana reaksi SN2 pada umumnya membentuk konfigurasi yang berlawanan dengan substrat. Dengan adanya partisipasi gugus tetangga, konfigurasi produk sama dengan substrat.
Partisipasi gugus tetangga ini juga dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. Jika suatu gugus tetangga mempengaruhi reaksi melalui suatu jalan yang menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi, maka gugus tetangga tersebut dikatakan sebagai “anchimeric assistance”. Peningkatan kecepatan reaksi dengan adanya partisipasi gugus tetangga diketahui dengan membandingkan laju reaksi suatu senyawa yang memiliki gugus tetangga dengan reaksi yang sama pada senyawa analog yang tidak memiliki gugus tetangga.
Gugus tetangga dapat menggunakan pasangan elektronnya untuk berinteraksi dengan sisi belakang atom karbon yang menjalani substitusi, sehingga mencegah serangan dari nukleofilik, sehingga nukleofilik hanya dapat bereaksi dengan atom karbon dari sisi depan, dan produknya mengikuti konfigurasi awal.
Atom atau gugus yang dapat meningkatkan laju SN2 melalui partisipasi gugus tetangga ialah nitrogen dalam bentuk amina, oksigen dalam bentuk karboksilat dan ion alkoksida, dan cincin aromatik. Partisipasi hanya efektif jika interaksinya membentuk cincin segitiga, lima dan enam.

PARTISIPASI OKSIGEN SEBAGAI GUGUS TETANGGA
Contoh partisipasi oksigen ialah pada substitusi basa dari 1,2-klorohidrin menghasilkan 1,2-diol dengan konfigurasi yang tidak berubah.

Serangan awal dilakukan oleh basa pada pembentukan anion alkoksida, dilanjutkan dengan serangan internal oleh RO- dan menghasilkan epoksida dengan inversi konfigurasi pada C*. Atom karbon ini selanjutnya menjalani reaksi SN2 oleh serangan OH-, dengan inversi konfigurasi yang kedua pada C*. Anion alkoksida yang kedua ini mengabstraksi proton dari pelarut untuk membentuk produk 1,2-diol dengan konfigurasi yang sama dengan substrat.
Contoh lain dari partisipasi oksigen sebagai gugus tetangga ialah pada hidrolisis anion 2-bromopropanoat dengan konsentrasi OH- yang rendah, juga diperoleh hasil dengan konfigurasi yang tidak berubah. Kecepatan reaksi tidak bergantung dari konsentrasi OH-, dan mekanismenya ialah :


PARTISIPASI NITROGEN SEBAGAI GUGUS TETANGGA
Partisipasi nitrogen sebagai gugus tetangga dapat terjadi dalam bentuk aminanya, seperti reaksi substitusi senyawa amina di bawah ini :

kinetika reaksi diatas merupakan reaksi orde satu. Kecepatan reaksi tergantung hanya pada konsentrasi substrat tapi tidak pada nukleofiliknya. Hal ini mengherankan, dimana substitusi nukleofilik atom karbon primer SN2 kecepatan reaksinya tergantung pada konsentrasi substrat dan nukleofilik. Tetapi dengan adanya partisipasi gugus tetangga mengakibatkan kecepatan reaksinya hanya bergantung kepada konsentrasi substratnya saja.

PARTISIPASI GUGUS ORTO INTRAMOLEKUL
Dengan adanya dua substituent pada benzene dengan posisi orto, dimana substituent pertama mengandung gugus pergi, dan substituen kedua mengandung gugus yang berpartisipasi sebagai gugus tetangga, maka dapat terbentuk senyawa intermediate melalui partisipasi gugus orto intramolekul.


Kamis, 22 April 2010

Satu Lagi Kisah Penuh Makna

Dia menjadi tawanan bangsa Romawi, dimasukkan ke dalam penjara oleh penguasa yang kejam. Di dalam penjara disediakan minuman yang dicampur arak dan daging babi panggang, untuk dimakan saat lapar dan minum khamar, ketiga macam suguhan itu sama sekali tidak disentuhnya.

Lalu ia dikeluarkan dari penjara saat mereka mengkhawatirkan kematiannya. Dia berkata pada dirinya, "Demi Allah, sesungguhnya ini semua telah menjadi halal bagiku karena aku dalam kondisi terpaksa, hanya saja aku tidak ingin berbahagia di atas bencana yang menimpa kalian dengan sebab berpegang teguh pada Islam."

Abu Rafi’ berkata, "Umar mengirim pasukan tentara ke Romawi. Kemudian musuh menangkap Abdullah bin Hudzafah sebagai tawanan perang, lalu dihadapkan kepada raja, mereka berkata, 'Orang ini termasuk sahabat dekat Muhammad.'

Raja bertanya, 'Maukah kamu masuk agama Nasrani dengan imbalan setengah kekuasaanku aku berikan kepadamu?'

Abdullah bin Hudzafah menjawab, 'Sekiranya engkau berikan seluruh kekuasaanmu kepadaku, dan seluruh yang dimiliki bangsa Arab, aku tidak akan pernah meninggalkan agama Muhammad sekejap mata pun.'

Raja berkata, 'Jika demikian berarti kamu mesti dihukum mati!'

Abdullah menjawab, 'Terserah kamu!'

Kemudian diperintahkan agar dilaksanakan hukuman mati atasnya, ia diletakkan dalam tiang salib. Raja berkata, 'Bidiklah ia dari dekat!'

Raja berkata demikian sambil menawarkan agama Nasrani kepadanya, namun ia tetap menolak. Lalu ia diturunkan dari tiang salib.

Raja kemudian meminta supaya ajudan merebus air hingga mendidih dan memanggil dua orang tawanan muslim. Salah satu dari mereka dilemparkan ke dalam periuk itu, kemudian raja menawarkan kepada Abdullah untuk pindah agama. Ia tetap menolak tawaran tersebut. Kemudian Abdullah menangis.

Karena tangisan ini, ada seseorang yang menyampaikan kepada raja bahwa Abdullah menangis. Maka Raja pun mengira bahwa Abdullah telah berputus asa.

Raja berkata, 'Bawalah kemari!'

Raja bertanya, 'Apa yang menyebabkan kamu menangis?'

Abdullah menjawab, 'Karena aku hanya mempunyai satu nyawa yang apabila dilemparkan ke dalam periuk itu maka langsung akan musnah. Aku membayangkan, alangkah bahagia sekiranya aku mempunyai nyawa sebanyak jumlah rambutku yang merasakan siksaan seperti itu dalam rangka mempertahankan agama Allah.'

Raja berkata, 'Apakah kamu bersedia mencium kepalaku, agar kamu bebas?'

Abdullah menjawab, 'Bersama seluruh tawanan Muslim?'

Raja menjawab, 'Ya.'

Maka Abdullah mencium kepala raja.

Selanjutnya para tawanan Muslim yang telah bebas itu menghadap Umar dan menceritakan semua yang terjadi.

Umar berkata, 'Adalah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mencium kepala Ibnu Hudzafah, dan akulah orang yang pertama yang akan memulainya.' Lalu Umar mencium kepala Abdullah." (Usudul Ghabah, 3/212. Sumber : 99 Kisah Orang Shalih ...(alsofwah.or.id)

Kamis, 01 April 2010

Cinta

Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang saling mencintai, menyebutnya takdir.
Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kita kesusahan untuk menguji.
Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.


Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil satu keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan iri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat.

Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.
Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, kota Roma tidak dibangun dalam sehari.
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan.
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.
Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, dan penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal, iman, keberanian, dan pengharapan penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya, Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.
sumber: dudung.net

Senin, 29 Maret 2010

Birth of The Earth

Pernah nggak, kita berfikir, gimana ceritanya sampai alam semesta, termasuk bumi dan planet-planet lainnya bisa terbentuk. Lalu, mengapa sampai sekarang belum ditemukan planet yang sama dengan bumi. Kok bisa bumi sebegitu uniknya, sampai-sampai tidak satu pun planet yang menyamai bumi.
Apakah itu terjadi begitu saja??
Atau ada kisah dibalik itu…???
Tulisan berikut ini adalah perjalanan panjang yang disingkatkan dari kelahiran bumi kita hingga ia menjadi planet yang bisa ditinggali manusia dan makhluk hidup lainnya. Juga berupa penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi ciri dari bumi.



Tata surya terbentuk oleh tabrakan antara awan dan gas dalam ruang hampa setelah terjadinya peristiwa Big Bang.
Akibat dari ledakan itu, mula-mula yang terbentuk adalah matahari, kemudian diikuti oleh terbentuknya planet-planet yang mengelilingi matahari sebanyak 20 planet. Namun, karena terjadinya tabrakan antar planet (karena arah rotasinya berbeda-beda), maka jumlahnya pun semakin sedikit.

Bumi, awalnya adalah sebuah planet yang sangat panas. Kalau dihitung-hitung, suhunya mencapai 4000oC. Tentu saja karena suhu ini, maka belum satupun makhluk hidup yang bisa hidup di bumi. Dengan adanya panas yang terus-menerus itu, maka apapun yang ada di bumi, pasti akan meleleh. Nah, lelehan yang lebih berat, akan tertumpuk ditengah atau dipusat bumi dalam jumlah yang berton-ton. Sedangkan yang lebih ringan tetap berada di atasnya. Bagian yang lebih berat inilah yang kita kenal sebagai inti bumi. Selanjutnya, inti bumi ini membentuk medan magnet pada kutub utara dan selatan bumi.


Matahari yang sangat panas, menghasilkan angin solar yang bisa menabrak planet –planet disekitarnya. Bahkan sampai sekarang, angin solar itu masih tetap ada dan terus menabrak planet-planet yang jaraknya lumayan dekat dengan matahari. Ajaibnya, kita yang ada di bumi, tidak merasakan panas dari angin solar itu. Lalu, mengapa bumi bisa terlindungi?

Jawabannya adalah Inti Bumi.
Medan magnet yang terbentuk, melindungi bumi dari angin solar. Medan magnet itu yang bertugas sebagai perisai bagi bumi dari ancaman-ancaman semacam itu. Kalaupun ada yang menembus, maka akan memantul membentuk aurora di kutub utara dan selatan.

Bagaimana terbentuknya bulan?
Bulan terbentuk karena terjadinya tabrakan antara bumi dan sebuah planet yang berukuran ½ bumi. Tabrakan itu sangat besar, sehingga planet tersebut pecah berhamburan membentuk partikel-partikel kecil berupa gas dan abu. Karena adanya gravitasi bumi, gas dan abu tersebut berputar dan berotasi terus menerus hingga semakin lama, gas dan abu itu memadat, dan akhirnya membentuk padatan yang sekarang kita kenal sebagai bulan.

Darimana asalnya air di bumi?
Jawabannya adalah Hujan Meteor
Asteroid, semakin jauh jaraknya dengan matahari, maka akan semakin dingi dan mengandung semakin banyak air. Besarnya gravitasi Jupiter, menarik asteroid menuju ke sana. Selama perjalanannya, tabrakan asteroid dengan bumi tidak dapat dihindarkan. Disitulah terjadinya hujan meteor yang membawa air ke permukaan bumi.
Bumi pun menjadi semakin dingin, dan mengandung cukup air untuk menyokong kehidupan. Namun, atmosfer bumi pada saat itu masih sangat tebal, meliputi gas N2, CH4 dan CO2. Tidak adanya oksigen menjadi hambatan kehidupan bagi manusia.
Lalu, apa yang membawa oksigen ke bumi?
Pada masa itu, makhluk yang mampu hidup dalam kondisi tersebut adalah suatu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam kehidupannya. Bakteri ini berfotosintesis mengubah CO2 menjadi gas O2. Bacteria itulah yang mengubah gas CO2 sehingga menghasilkan oksigen yang dapat menyokong kehidupan.

Muncullah kehidupan di bumi, termasuk zaman dinosaurus yang kemudian punah akibat suatu ledakan besar, dan kemudian……


4 milyar tahun kemudian, barulah manusia pertama diturunkan ke bumi.

Minggu, 21 Maret 2010

Apa Sih Rhodamin B itu???

Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Rhodamin B dilarang digunakan sebagai pewarna pangan.


Rhodamin B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai Negara. Panganan yang ditemukan mengandung rhodamin B diantaranya kerupuk (58%), terasi (51%), dan makanan ringan (42%). Zat ini juga banyak ditemukan pada kekmbang gula, sirup, manisan, dawet, bubur, ikan asap, dan cendol. rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna pada kertas dan tekstil.

Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Bahan ini bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian.

Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa: iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati.

Jika diliat dari strukturnya, rumus molekul rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl. Massa molekulnya setara dengan 479, 02 gram/mol. Densitasnya 1,31 g cm-3 pada temperatur 20oC. Senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar, seperti air dan alkohol terutama metanol serta etanol. Sehingga rhodamin B juga bersifat polar. Adanya gugus –COOH dan lonepair pada atom O serta N membuat kepolarannya tidak diragukan lagi.

Selasa, 16 Maret 2010

Muhassabah

Awal malapetaka dan kehancuran seseorang terjadi ketika penyakit sombong dan merasa diri paling benar bersemayam dalam hatinya. Inilah sifat yang melekat pada iblis. Sifat inilah yang berusaha ditransfer iblis kepada manusia yang bersedia menjadi sekutunya.

Sifat ini ditandai dengan ketidaksiapan untuk menerima kebenaran yang datang dari pihak lain; keengganan melakukan introspeksi (muhasabah); serta sibuk melihat aib dan kesalahan orang lain tanpa mau melihat aib dan kekurangan diri sendiri.

Padahal, kebaikan hanya bisa terwujud manakala seseorang bersikap rendah hati (tawadu); mau menyadari dan mengakui kekurangan diri; melakukan introspeksi; serta siap menerima kebenaran dari siapa pun dan dari mana pun. Sikap seperti ini sebagaimana dicontohkan oleh orang-orang mulia dari para nabi dan rasul.

Nabi Adam AS dan Siti Hawa saat melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Tuhan, alih-alih sibuk menyalahkan iblis yang telah menggoda dan memberikan janji dusta, mereka malah langsung bersimpuh mengakui segala kealpaan seraya berkata, "Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf [7]: 23).

Demikian pula dengan Nabi Yunus AS saat berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-Nya. Ia berkata, "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesunguhnya, aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS Al-Anbiya [21]: 87).

Bahkan, Nabi Muhammad SAW selalu membaca istigfar dan meminta ampunan kepada Allah SWT sebagai bentuk kesadaran yang paling tinggi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, ia harus selalu melakukan introspeksi. Beliau bersabda, "Wahai, manusia, bertobatlah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sebab, aku bertobat sehari semalam sebanyak seratus kali." (HR Muslim).

Begitulah sikap arif para nabi yang patut dijadikan teladan. Mereka tidak merasa diri mereka sudah sempurna, bersih, dan suci. Allah SWT berfirman, "Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS Annajm [53]: 32).

Karena itu, daripada mengarahkan telunjuk kepada orang, lebih baik mengarahkan telunjuk kepada diri sendiri. Daripada sibuk melihat aib orang, alangkah bijaknya kalau kita sibuk melihat aib sendiri. Dalam Musnad Anas ibn Malik RA, Nabi SAW bersabda, "Beruntunglah orang yang sibuk melihat aib dirinya sehingga tidak sibuk dengan aib orang lain."

Rabu, 10 Maret 2010

Hanya Takut Kepada Allah

Rasa takut kepada Allah SWT yang tertanam dalam diri setiap hamba adalah benih dari perjalanan sebuah proses keimanan, dimana pokok-pokok ibadah telah dijalankan dengan baik dan sempurna. Ada tiga pokok ibadah yang tidak boleh lepas apalagi ditinggalkan oleh manusia dalam pengabdiannya kepada Sang khalik. Hati selalu berzikir, lidah menyampaikan nasihat dan kebenaran dan tubuh sebagai pelaksana dari amal-amal shalih untuk mencapai keridhaan dan menghadirkan cinta-Nya.

Umar bin Khattab pernah jatuh pingsan karena takut kepada Allah ketika mendengar bacaan suatu ayat al-Quran. Pada suatu hari dia mengambil sebatang jerami kemudian berkata, “Aduhai, alangkah baiknya jika aku menjadi jerami dan tidak menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai, alangkah baiknya jika dulu ibuku tidak melahirkanku.” Dia menangis terisak-isak sehingga air mata membasahi pipinya. Itulah yang menyebabkan ada garis bekas tetesan air mata pada wajah khalifah kedua tersebut.

Kita pun berharap semoga suatu saat nanti wajah-wajah pemimpin dan para wakil rakyat yang akan muncul adalah mereka yang lebih besar memiliki rasa takut kepada Allah. Negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim ini jauh lebih dikenal dengan kehancuran moral dan akhlaknya, dibanding ketakwaan umatnya. Mereka yang saat ini sedang duduk dalam kepemimpinan masih jauh dari proses akhir sebuah keimanan yakni lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya untuk kemudian mengangkat dan mensejahterakan umat sebagai bagian dari ikrar ketakwaan.

Nabi saw bersabda, “Allah SWT berfirman, “Pada hamba-Ku tidak berkumpul dua ketakutan dan dua rasa aman. Barang siapa yang takut kepada-Ku di dunia, Aku akan berikan keamanan kepadanya di akhirat. Sebaliknya, barangsiapa yang merasa aman kepada-Ku di dunia, Aku akan memberikan rasa takut kepadanya pada hari kiamat.” Tentang hal tersebut pun Allah SWT telah berfirman, “Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takut kepada-Ku, jika kamu benar-benar beriman,” (QS. Ali Imron:175)

Semestinya kita menyikapi berbagai persoalan bangsa dengan penuh rasa takut kepada Allah SWT, karena apa yang sekarang ini sedang terjadi tidak terlepas dari sumbangsih kita sebagai bagian dari bangsa ini. Lantas apakah kita telah kehilangan rasa takut kepada Rabb kita, dengan melakukan kesalahan berulang, menggantungkan harapan kepada orang-orang yang telah banyak menguras hasil negeri ini untuk kepentingan perut mereka semata?

Alangkah indahnya apabila bangsa ini dipimpin dan diwakili oleh mereka yang lebih sering menangis karena takutnya kepada Sang Pencipta, merendahkan kepala bersujud di sepertiga malam demi mengharapkan ampunan-Nya. Bukankah Nabi saw bersabda, “Tidak masuk Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali pada payudara,” (HR. Tirmidzi).

Inilah bukti nyata ketaatan, dan tidak hanya dalam bentuk slogan atau pun retorika saja. Kita harus menyadari bahwa kualitas akhlak lebih utama, disbanding kita harus mengorbankan waktu panjang dalm perjalanan bangsa hanya untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang tidak bermoral namun terbungkus oleh keshalihan palsu. Rasa takut kita kepada Allah SWT sudah seharusnya membuat kita cerdas dalam bertindak, bahwa apabila Allah tidak memberikan keridhaannya mengapa kita harus menggantungkan harapan kepada sekelompok atau segelintir orang yang tidak bermoral dan sama sekali tidak memiliki rasa takut terhadap Yang Maha Besar.

[Sabili No 13 Th. XI]

Jumat, 05 Maret 2010

Khadijah Binti Khuwailid

Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da'wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah bin Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu'minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya.

Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira'. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia
membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa."
Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, pada- hal di hadapan kita ada "wanita terbaik di dunia," Khadijah binti Khu- wailid, Ummul Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.
Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu
beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan se- baik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya.
Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :"Wahai, Rasulullah, inilah
Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Keshahihannya telah disepakati."]
Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang
terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu'min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita. Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar- Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat- ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT.
Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya.
Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan
dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :"Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.
Khadijah r.a. berkata :"Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini." Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :"Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah r.a. menjawab :"Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."
Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para
shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolong- nya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolong- nya dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang- orang mengingkari.
Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia." [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Jibril datang
kepada Nabi SAW, lalu berkata :"Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan." [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]

Sumber: Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW karangan Muhammad Ibrahim Saliim

Ukhuwah itu...

Salah satu tanda kesempurnaan islam ialah bahwa islam diciptakan sebagai agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Mulai dari hal yang kecil, yang terkadang dianggap sepele, hingga dalam kehidupan karir, pekerjaan dan rumah tangga. Tidak ketinggalan pula mengenai hubungan kita dengan orang lain, pun diatur oleh agama rahmatan lil alamin ini.

Kalau dalam sehari-hari kita membahasakan hubungan kita dengan orang lain dengan pertemanan, persahabatan, kerabat, dan keluarga, maka dalam islam kita mengenal istilah Ukhuwah. Ukhuwah berarti ketertarikan hati dan jiwa, dan ukhuwah yang paling indah dihadapan Allah ialah Ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah berarti ketertarikan hati dan jiwa satu sama lainnya dengan ikatan aqidah. Terkadang, sulit untuk mencintai seseorang karena aqidahnya, bahkan kepada orangtua sekalipun. Ukhuwah Islamiyah hanya bisa hadir kepada orang yang betul2 kita cintai karena Allah. Tidak mengenal siapa orang itu, asal ia islam, maka kita dapat berukhuwah dengan dia.
Secara umum, ukhuwah dapat terbagi menjadi ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliah. Perbedaan keduanya ialah :
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat islam.
Ukhuwah Jahiliah bersifat temporer, terbatas pada waktu dan tempat. Misalnya ikatan keturunan, pernikahan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi.

Untuk menjalin ukhuwah islamiyah dengan orang lain, maka beberapa tahap berikut ini dapat dilakukan.
1. Ta’aruf
Tak kenal, maka ta’aruf. Ta’aruf ialah pengenalan jasad, jiwa dan sifat. Untuk menjalin ukhuwah dengan orang lain, kita perlu untuk mengenalnya baik fisik, cara berfikir, dan karakternya. Ta’aruf adalah tahap awal dalam menjalin ukhuwah, dan ini bisa kita lakukan kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
(Al Hujurat : 13:49)
2. Tafahum
Tafahum berarti saling memahami. Pada tahap ini, kita tidak lagi sekedar mengenal orang lain, tapi mulai memahami dirinya. Misalnya saja dengan orang yang memilki kebiasaan berbicara dengan suara keras, maka kita tidak perlu tersinggung atau marah, karena kita telah memahami karakter orang tersebut. Begitu pula dengan sikap yang awalnya asing bagi kita, namun jika kita mulai memahami orang lain, maka kita dapat menghindari perasaan tersinggung, marah dan kesal dengan sikapnya.
Tafahum ini merupakan aktifitas dua arah. Banyak orang yang cenderung ingin dimengerti dan difahami karakternya, namun tidak mencoba untuk memahami orang lain. Ukhuwah hanya dapat terjalin jika keduanya dapat saling memahami.
3. Ta’awun
Ta’awun berarti tolong-menolong. Setiap orang secara naluri, memiliki sifat penolong, hanya saja derajat keinginan untuk melakukannya berbeda-beda.
Al-Maidah : 2
Dalam hadist “ Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya”
Tolong-menolong tentunya hanya dibatasi dalam masalah kebajikan dan taqwa. Bentuknya dapat melalui saling mendo’akan, menasihati, saling membantu, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hal yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling memberikan pertolongan.
Hadist Shahih dari Anas bin Maalik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau dizalimi.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi dapatlah aku mengerti. Namun, bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?” Rasulullah menjawab, “kamu cagah dia agar tidak berbuat aniaya, maka itulah pertolonganmu untuknya.”

4. Takaful
Takaful ialah melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Dalam sebuah Hadist:
“perumbamaan orang-orang yang beriman di dalam kecintaan, kasih saying dan hubungan kekerabataan mereka adalah bagaikan tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh sakit maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam dan tidak bias tidur.”

Inti dari Ukhuwah ialah menghadirkan rasa cinta atau Mahabbah, yang terbagi dalam beberapa tingkatan:
1. tingkatan terendah ialah Salamus Shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud, benci, dengki dan sebab-sebab permusuhan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang mengimami suatu kaum sedang kaum itu membencinya, wanita yang diam semalam suntuk sedang suaminya marah padanya, dan dua saudara yang memutus hubungan di antara keduanya.
2. tingkatan berikutnya ialah cinta. Dalam sebuah hadist: “Tidaklah sempurna iman seorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR muttafaq alaihi)
3. tingkatan tertinggi ialah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya sendiri. Banayk kisah ketika di zaman Rasulullah, dimana para sahabat menunjukkan kecintaannya dengan saudaranya dengan mendahulukan kepentingan mereka, dan hal itu telah jarang ditemukan pada zaman sekarang.

Beberapa hal yang harus kita pelihara untuk menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. memberitahukan kecintaannya
2. mohon didoakan jika hendah berpisah
3. saat berjumpa, menampakkan wajah yang ramah dan senyum
4. saling silaturrahim
5. membantu keperluannya
6. berjabat tangan saat berjumpa
7. memberi hadiah pada waktu2 tertentu
8. merasa senasib
9. tidak berburuk sangka padanya

Rabu, 10 Februari 2010

Hanya yang Terbaik

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S Ali Imran: 110)

Di dunia olah raga berkumandang motto Vini, Vidi, Vici. Datang, bertanding, dan menang. Dalam kompetisi memang harus ada pemenang. Datang ke suatu kompetisi kemudian bertanding dan menang itu memang idaman setiap atlet. Setiap pagelaran Olimpiade selalu melahirkan manusia yang bermotto citius,altius,fortius. Tercepat,tertinggi,terkuat.


Dunia adalah medan kompetisi yang luas. Mulai dari diri kita sendiri, dihati kita sudah terjadi pertarungan. Bahkan ketika memasuki rahim ibu, kita adalah pemenang setelah melewati ribuan sel yang bertarung untuk lolos menjadi sebuah janin.

Disadari atau tidak, di keluarga juga terjadi persaingan. Sayang kalau sebagai orang tua hanya memperhatikan pekerjaan dibandingkan keluarganya yang hancur. Tidak mempersiapkan anak-anak kita untuk menjadi petarung yang handal.

Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan, pendidikan anak diutamakan melatih anak tersebut dengan tiga hal: berenang, berkuda dan memanah. Ternyata berenang menggambarkan kekuatan, semua otot bergerak. Artinya semua potensi dikerahkan. Satu kaki saja yang bergerak,maka keseimbangan akan kacau.

Berkuda menggambarkan kecepatan. Selain itu menggambarkan suatu keharmonisan. Kesatuan antara manusia dan sistem. Bagaimana sistem bekerja antara kuda dan penunggangnya seakan satu kesatuan. Ternyata naik kuda harus seirama,sejiwa, dengan hewan tunggangan kita itu. Kalau tidak kita akan terpental. Benar kita yang mengendalikan, tapi sistem juga menuntut penunggangnya harus sejalan.

Memanah menggambarkan ketepatan atau akurasi. Apa artinya kuat dan apa artinya cepat, kalau ternyata tidak sampai pada tujuan? Tujuan akhir atau gol adalah penting dalam setiap misi. Dan tujuan akhir ini harus mengantarkan kita pada suatu cita-cita yang besar yang sesungguhnya.

Begitulah seorang muslim dan tujuan hidupnya. Dia menyiapkan diri secara pribadi kemudian masuk ke sebuah sistem (jamaah) lalu fokus pada tujuannya (istiqamah). Untuk mencapai itu semua itu tidak ada cara lain selain disiplin dan kerja keras. Umar bin Khatab menghardik orang yang terus-terusan berdoa di masjid tanpa bangkit bergerak.

Jadi kalau kita berdoa agar Allah SWT membimbing kita ke jalan yang lurus atau ingin mengubah hidup ke arah yang lebih baik, atau ingin mendapatkan rezeki yang banyak maka kita harus bangun. Karena bagaimana mungkin menuntun kita berjalan sementara kita duduk.

Orang yang sukses dalam kehidupan mereka rahasianya adalah mereka berpikir tentang apa yang paling mereka inginkan. Artinya banyak menyebut apa yang diidam-idamkannya. Selalu menjadi bahan perbincangan dimanapun berada. Kemudian dipikirkan menjadi sebuah rumusan langkah. Dari situ menjadi sebuah peta yang harus dia jelajahi.
Sudahkah Anda memiliki tujuan hidup yang jelas?

Sumber : Sabili No.22 Th.XVI