Salah satu tanda kesempurnaan islam ialah bahwa islam diciptakan sebagai agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Mulai dari hal yang kecil, yang terkadang dianggap sepele, hingga dalam kehidupan karir, pekerjaan dan rumah tangga. Tidak ketinggalan pula mengenai hubungan kita dengan orang lain, pun diatur oleh agama rahmatan lil alamin ini.
Kalau dalam sehari-hari kita membahasakan hubungan kita dengan orang lain dengan pertemanan, persahabatan, kerabat, dan keluarga, maka dalam islam kita mengenal istilah Ukhuwah. Ukhuwah berarti ketertarikan hati dan jiwa, dan ukhuwah yang paling indah dihadapan Allah ialah Ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah berarti ketertarikan hati dan jiwa satu sama lainnya dengan ikatan aqidah. Terkadang, sulit untuk mencintai seseorang karena aqidahnya, bahkan kepada orangtua sekalipun. Ukhuwah Islamiyah hanya bisa hadir kepada orang yang betul2 kita cintai karena Allah. Tidak mengenal siapa orang itu, asal ia islam, maka kita dapat berukhuwah dengan dia.
Secara umum, ukhuwah dapat terbagi menjadi ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliah. Perbedaan keduanya ialah :
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat islam.
Ukhuwah Jahiliah bersifat temporer, terbatas pada waktu dan tempat. Misalnya ikatan keturunan, pernikahan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi.
Untuk menjalin ukhuwah islamiyah dengan orang lain, maka beberapa tahap berikut ini dapat dilakukan.
1. Ta’aruf
Tak kenal, maka ta’aruf. Ta’aruf ialah pengenalan jasad, jiwa dan sifat. Untuk menjalin ukhuwah dengan orang lain, kita perlu untuk mengenalnya baik fisik, cara berfikir, dan karakternya. Ta’aruf adalah tahap awal dalam menjalin ukhuwah, dan ini bisa kita lakukan kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
(Al Hujurat : 13:49)
2. Tafahum
Tafahum berarti saling memahami. Pada tahap ini, kita tidak lagi sekedar mengenal orang lain, tapi mulai memahami dirinya. Misalnya saja dengan orang yang memilki kebiasaan berbicara dengan suara keras, maka kita tidak perlu tersinggung atau marah, karena kita telah memahami karakter orang tersebut. Begitu pula dengan sikap yang awalnya asing bagi kita, namun jika kita mulai memahami orang lain, maka kita dapat menghindari perasaan tersinggung, marah dan kesal dengan sikapnya.
Tafahum ini merupakan aktifitas dua arah. Banyak orang yang cenderung ingin dimengerti dan difahami karakternya, namun tidak mencoba untuk memahami orang lain. Ukhuwah hanya dapat terjalin jika keduanya dapat saling memahami.
3. Ta’awun
Ta’awun berarti tolong-menolong. Setiap orang secara naluri, memiliki sifat penolong, hanya saja derajat keinginan untuk melakukannya berbeda-beda.
Al-Maidah : 2
Dalam hadist “ Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya”
Tolong-menolong tentunya hanya dibatasi dalam masalah kebajikan dan taqwa. Bentuknya dapat melalui saling mendo’akan, menasihati, saling membantu, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hal yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling memberikan pertolongan.
Hadist Shahih dari Anas bin Maalik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau dizalimi.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi dapatlah aku mengerti. Namun, bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?” Rasulullah menjawab, “kamu cagah dia agar tidak berbuat aniaya, maka itulah pertolonganmu untuknya.”
4. Takaful
Takaful ialah melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Dalam sebuah Hadist:
“perumbamaan orang-orang yang beriman di dalam kecintaan, kasih saying dan hubungan kekerabataan mereka adalah bagaikan tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh sakit maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam dan tidak bias tidur.”
Inti dari Ukhuwah ialah menghadirkan rasa cinta atau Mahabbah, yang terbagi dalam beberapa tingkatan:
1. tingkatan terendah ialah Salamus Shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud, benci, dengki dan sebab-sebab permusuhan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang mengimami suatu kaum sedang kaum itu membencinya, wanita yang diam semalam suntuk sedang suaminya marah padanya, dan dua saudara yang memutus hubungan di antara keduanya.
2. tingkatan berikutnya ialah cinta. Dalam sebuah hadist: “Tidaklah sempurna iman seorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR muttafaq alaihi)
3. tingkatan tertinggi ialah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya sendiri. Banayk kisah ketika di zaman Rasulullah, dimana para sahabat menunjukkan kecintaannya dengan saudaranya dengan mendahulukan kepentingan mereka, dan hal itu telah jarang ditemukan pada zaman sekarang.
Beberapa hal yang harus kita pelihara untuk menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. memberitahukan kecintaannya
2. mohon didoakan jika hendah berpisah
3. saat berjumpa, menampakkan wajah yang ramah dan senyum
4. saling silaturrahim
5. membantu keperluannya
6. berjabat tangan saat berjumpa
7. memberi hadiah pada waktu2 tertentu
8. merasa senasib
9. tidak berburuk sangka padanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar