Pernah nggak, kita berfikir, gimana ceritanya sampai alam semesta, termasuk bumi dan planet-planet lainnya bisa terbentuk. Lalu, mengapa sampai sekarang belum ditemukan planet yang sama dengan bumi. Kok bisa bumi sebegitu uniknya, sampai-sampai tidak satu pun planet yang menyamai bumi.
Apakah itu terjadi begitu saja??
Atau ada kisah dibalik itu…???
Tulisan berikut ini adalah perjalanan panjang yang disingkatkan dari kelahiran bumi kita hingga ia menjadi planet yang bisa ditinggali manusia dan makhluk hidup lainnya. Juga berupa penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi ciri dari bumi.
Tata surya terbentuk oleh tabrakan antara awan dan gas dalam ruang hampa setelah terjadinya peristiwa Big Bang.
Akibat dari ledakan itu, mula-mula yang terbentuk adalah matahari, kemudian diikuti oleh terbentuknya planet-planet yang mengelilingi matahari sebanyak 20 planet. Namun, karena terjadinya tabrakan antar planet (karena arah rotasinya berbeda-beda), maka jumlahnya pun semakin sedikit.
Bumi, awalnya adalah sebuah planet yang sangat panas. Kalau dihitung-hitung, suhunya mencapai 4000oC. Tentu saja karena suhu ini, maka belum satupun makhluk hidup yang bisa hidup di bumi. Dengan adanya panas yang terus-menerus itu, maka apapun yang ada di bumi, pasti akan meleleh. Nah, lelehan yang lebih berat, akan tertumpuk ditengah atau dipusat bumi dalam jumlah yang berton-ton. Sedangkan yang lebih ringan tetap berada di atasnya. Bagian yang lebih berat inilah yang kita kenal sebagai inti bumi. Selanjutnya, inti bumi ini membentuk medan magnet pada kutub utara dan selatan bumi.
Matahari yang sangat panas, menghasilkan angin solar yang bisa menabrak planet –planet disekitarnya. Bahkan sampai sekarang, angin solar itu masih tetap ada dan terus menabrak planet-planet yang jaraknya lumayan dekat dengan matahari. Ajaibnya, kita yang ada di bumi, tidak merasakan panas dari angin solar itu. Lalu, mengapa bumi bisa terlindungi?
Jawabannya adalah Inti Bumi.
Medan magnet yang terbentuk, melindungi bumi dari angin solar. Medan magnet itu yang bertugas sebagai perisai bagi bumi dari ancaman-ancaman semacam itu. Kalaupun ada yang menembus, maka akan memantul membentuk aurora di kutub utara dan selatan.
Bagaimana terbentuknya bulan?
Bulan terbentuk karena terjadinya tabrakan antara bumi dan sebuah planet yang berukuran ½ bumi. Tabrakan itu sangat besar, sehingga planet tersebut pecah berhamburan membentuk partikel-partikel kecil berupa gas dan abu. Karena adanya gravitasi bumi, gas dan abu tersebut berputar dan berotasi terus menerus hingga semakin lama, gas dan abu itu memadat, dan akhirnya membentuk padatan yang sekarang kita kenal sebagai bulan.
Darimana asalnya air di bumi?
Jawabannya adalah Hujan Meteor
Asteroid, semakin jauh jaraknya dengan matahari, maka akan semakin dingi dan mengandung semakin banyak air. Besarnya gravitasi Jupiter, menarik asteroid menuju ke sana. Selama perjalanannya, tabrakan asteroid dengan bumi tidak dapat dihindarkan. Disitulah terjadinya hujan meteor yang membawa air ke permukaan bumi.
Bumi pun menjadi semakin dingin, dan mengandung cukup air untuk menyokong kehidupan. Namun, atmosfer bumi pada saat itu masih sangat tebal, meliputi gas N2, CH4 dan CO2. Tidak adanya oksigen menjadi hambatan kehidupan bagi manusia.
Lalu, apa yang membawa oksigen ke bumi?
Pada masa itu, makhluk yang mampu hidup dalam kondisi tersebut adalah suatu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam kehidupannya. Bakteri ini berfotosintesis mengubah CO2 menjadi gas O2. Bacteria itulah yang mengubah gas CO2 sehingga menghasilkan oksigen yang dapat menyokong kehidupan.
Muncullah kehidupan di bumi, termasuk zaman dinosaurus yang kemudian punah akibat suatu ledakan besar, dan kemudian……
4 milyar tahun kemudian, barulah manusia pertama diturunkan ke bumi.
Senin, 29 Maret 2010
Minggu, 21 Maret 2010
Apa Sih Rhodamin B itu???
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Rhodamin B dilarang digunakan sebagai pewarna pangan.
Rhodamin B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai Negara. Panganan yang ditemukan mengandung rhodamin B diantaranya kerupuk (58%), terasi (51%), dan makanan ringan (42%). Zat ini juga banyak ditemukan pada kekmbang gula, sirup, manisan, dawet, bubur, ikan asap, dan cendol. rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna pada kertas dan tekstil.
Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Bahan ini bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian.
Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa: iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati.
Jika diliat dari strukturnya, rumus molekul rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl. Massa molekulnya setara dengan 479, 02 gram/mol. Densitasnya 1,31 g cm-3 pada temperatur 20oC. Senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar, seperti air dan alkohol terutama metanol serta etanol. Sehingga rhodamin B juga bersifat polar. Adanya gugus –COOH dan lonepair pada atom O serta N membuat kepolarannya tidak diragukan lagi.
Rhodamin B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai Negara. Panganan yang ditemukan mengandung rhodamin B diantaranya kerupuk (58%), terasi (51%), dan makanan ringan (42%). Zat ini juga banyak ditemukan pada kekmbang gula, sirup, manisan, dawet, bubur, ikan asap, dan cendol. rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna pada kertas dan tekstil.
Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Bahan ini bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian.
Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa: iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati.
Jika diliat dari strukturnya, rumus molekul rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl. Massa molekulnya setara dengan 479, 02 gram/mol. Densitasnya 1,31 g cm-3 pada temperatur 20oC. Senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar, seperti air dan alkohol terutama metanol serta etanol. Sehingga rhodamin B juga bersifat polar. Adanya gugus –COOH dan lonepair pada atom O serta N membuat kepolarannya tidak diragukan lagi.
Selasa, 16 Maret 2010
Muhassabah
Awal malapetaka dan kehancuran seseorang terjadi ketika penyakit sombong dan merasa diri paling benar bersemayam dalam hatinya. Inilah sifat yang melekat pada iblis. Sifat inilah yang berusaha ditransfer iblis kepada manusia yang bersedia menjadi sekutunya.
Sifat ini ditandai dengan ketidaksiapan untuk menerima kebenaran yang datang dari pihak lain; keengganan melakukan introspeksi (muhasabah); serta sibuk melihat aib dan kesalahan orang lain tanpa mau melihat aib dan kekurangan diri sendiri.
Padahal, kebaikan hanya bisa terwujud manakala seseorang bersikap rendah hati (tawadu); mau menyadari dan mengakui kekurangan diri; melakukan introspeksi; serta siap menerima kebenaran dari siapa pun dan dari mana pun. Sikap seperti ini sebagaimana dicontohkan oleh orang-orang mulia dari para nabi dan rasul.
Nabi Adam AS dan Siti Hawa saat melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Tuhan, alih-alih sibuk menyalahkan iblis yang telah menggoda dan memberikan janji dusta, mereka malah langsung bersimpuh mengakui segala kealpaan seraya berkata, "Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf [7]: 23).
Demikian pula dengan Nabi Yunus AS saat berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-Nya. Ia berkata, "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesunguhnya, aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS Al-Anbiya [21]: 87).
Bahkan, Nabi Muhammad SAW selalu membaca istigfar dan meminta ampunan kepada Allah SWT sebagai bentuk kesadaran yang paling tinggi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, ia harus selalu melakukan introspeksi. Beliau bersabda, "Wahai, manusia, bertobatlah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sebab, aku bertobat sehari semalam sebanyak seratus kali." (HR Muslim).
Begitulah sikap arif para nabi yang patut dijadikan teladan. Mereka tidak merasa diri mereka sudah sempurna, bersih, dan suci. Allah SWT berfirman, "Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS Annajm [53]: 32).
Karena itu, daripada mengarahkan telunjuk kepada orang, lebih baik mengarahkan telunjuk kepada diri sendiri. Daripada sibuk melihat aib orang, alangkah bijaknya kalau kita sibuk melihat aib sendiri. Dalam Musnad Anas ibn Malik RA, Nabi SAW bersabda, "Beruntunglah orang yang sibuk melihat aib dirinya sehingga tidak sibuk dengan aib orang lain."
Sifat ini ditandai dengan ketidaksiapan untuk menerima kebenaran yang datang dari pihak lain; keengganan melakukan introspeksi (muhasabah); serta sibuk melihat aib dan kesalahan orang lain tanpa mau melihat aib dan kekurangan diri sendiri.
Padahal, kebaikan hanya bisa terwujud manakala seseorang bersikap rendah hati (tawadu); mau menyadari dan mengakui kekurangan diri; melakukan introspeksi; serta siap menerima kebenaran dari siapa pun dan dari mana pun. Sikap seperti ini sebagaimana dicontohkan oleh orang-orang mulia dari para nabi dan rasul.
Nabi Adam AS dan Siti Hawa saat melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Tuhan, alih-alih sibuk menyalahkan iblis yang telah menggoda dan memberikan janji dusta, mereka malah langsung bersimpuh mengakui segala kealpaan seraya berkata, "Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf [7]: 23).
Demikian pula dengan Nabi Yunus AS saat berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-Nya. Ia berkata, "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesunguhnya, aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS Al-Anbiya [21]: 87).
Bahkan, Nabi Muhammad SAW selalu membaca istigfar dan meminta ampunan kepada Allah SWT sebagai bentuk kesadaran yang paling tinggi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, ia harus selalu melakukan introspeksi. Beliau bersabda, "Wahai, manusia, bertobatlah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sebab, aku bertobat sehari semalam sebanyak seratus kali." (HR Muslim).
Begitulah sikap arif para nabi yang patut dijadikan teladan. Mereka tidak merasa diri mereka sudah sempurna, bersih, dan suci. Allah SWT berfirman, "Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS Annajm [53]: 32).
Karena itu, daripada mengarahkan telunjuk kepada orang, lebih baik mengarahkan telunjuk kepada diri sendiri. Daripada sibuk melihat aib orang, alangkah bijaknya kalau kita sibuk melihat aib sendiri. Dalam Musnad Anas ibn Malik RA, Nabi SAW bersabda, "Beruntunglah orang yang sibuk melihat aib dirinya sehingga tidak sibuk dengan aib orang lain."
Rabu, 10 Maret 2010
Hanya Takut Kepada Allah
Rasa takut kepada Allah SWT yang tertanam dalam diri setiap hamba adalah benih dari perjalanan sebuah proses keimanan, dimana pokok-pokok ibadah telah dijalankan dengan baik dan sempurna. Ada tiga pokok ibadah yang tidak boleh lepas apalagi ditinggalkan oleh manusia dalam pengabdiannya kepada Sang khalik. Hati selalu berzikir, lidah menyampaikan nasihat dan kebenaran dan tubuh sebagai pelaksana dari amal-amal shalih untuk mencapai keridhaan dan menghadirkan cinta-Nya.
Umar bin Khattab pernah jatuh pingsan karena takut kepada Allah ketika mendengar bacaan suatu ayat al-Quran. Pada suatu hari dia mengambil sebatang jerami kemudian berkata, “Aduhai, alangkah baiknya jika aku menjadi jerami dan tidak menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai, alangkah baiknya jika dulu ibuku tidak melahirkanku.” Dia menangis terisak-isak sehingga air mata membasahi pipinya. Itulah yang menyebabkan ada garis bekas tetesan air mata pada wajah khalifah kedua tersebut.
Kita pun berharap semoga suatu saat nanti wajah-wajah pemimpin dan para wakil rakyat yang akan muncul adalah mereka yang lebih besar memiliki rasa takut kepada Allah. Negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim ini jauh lebih dikenal dengan kehancuran moral dan akhlaknya, dibanding ketakwaan umatnya. Mereka yang saat ini sedang duduk dalam kepemimpinan masih jauh dari proses akhir sebuah keimanan yakni lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya untuk kemudian mengangkat dan mensejahterakan umat sebagai bagian dari ikrar ketakwaan.
Nabi saw bersabda, “Allah SWT berfirman, “Pada hamba-Ku tidak berkumpul dua ketakutan dan dua rasa aman. Barang siapa yang takut kepada-Ku di dunia, Aku akan berikan keamanan kepadanya di akhirat. Sebaliknya, barangsiapa yang merasa aman kepada-Ku di dunia, Aku akan memberikan rasa takut kepadanya pada hari kiamat.” Tentang hal tersebut pun Allah SWT telah berfirman, “Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takut kepada-Ku, jika kamu benar-benar beriman,” (QS. Ali Imron:175)
Semestinya kita menyikapi berbagai persoalan bangsa dengan penuh rasa takut kepada Allah SWT, karena apa yang sekarang ini sedang terjadi tidak terlepas dari sumbangsih kita sebagai bagian dari bangsa ini. Lantas apakah kita telah kehilangan rasa takut kepada Rabb kita, dengan melakukan kesalahan berulang, menggantungkan harapan kepada orang-orang yang telah banyak menguras hasil negeri ini untuk kepentingan perut mereka semata?
Alangkah indahnya apabila bangsa ini dipimpin dan diwakili oleh mereka yang lebih sering menangis karena takutnya kepada Sang Pencipta, merendahkan kepala bersujud di sepertiga malam demi mengharapkan ampunan-Nya. Bukankah Nabi saw bersabda, “Tidak masuk Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali pada payudara,” (HR. Tirmidzi).
Inilah bukti nyata ketaatan, dan tidak hanya dalam bentuk slogan atau pun retorika saja. Kita harus menyadari bahwa kualitas akhlak lebih utama, disbanding kita harus mengorbankan waktu panjang dalm perjalanan bangsa hanya untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang tidak bermoral namun terbungkus oleh keshalihan palsu. Rasa takut kita kepada Allah SWT sudah seharusnya membuat kita cerdas dalam bertindak, bahwa apabila Allah tidak memberikan keridhaannya mengapa kita harus menggantungkan harapan kepada sekelompok atau segelintir orang yang tidak bermoral dan sama sekali tidak memiliki rasa takut terhadap Yang Maha Besar.
[Sabili No 13 Th. XI]
Umar bin Khattab pernah jatuh pingsan karena takut kepada Allah ketika mendengar bacaan suatu ayat al-Quran. Pada suatu hari dia mengambil sebatang jerami kemudian berkata, “Aduhai, alangkah baiknya jika aku menjadi jerami dan tidak menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai, alangkah baiknya jika dulu ibuku tidak melahirkanku.” Dia menangis terisak-isak sehingga air mata membasahi pipinya. Itulah yang menyebabkan ada garis bekas tetesan air mata pada wajah khalifah kedua tersebut.
Kita pun berharap semoga suatu saat nanti wajah-wajah pemimpin dan para wakil rakyat yang akan muncul adalah mereka yang lebih besar memiliki rasa takut kepada Allah. Negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim ini jauh lebih dikenal dengan kehancuran moral dan akhlaknya, dibanding ketakwaan umatnya. Mereka yang saat ini sedang duduk dalam kepemimpinan masih jauh dari proses akhir sebuah keimanan yakni lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya untuk kemudian mengangkat dan mensejahterakan umat sebagai bagian dari ikrar ketakwaan.
Nabi saw bersabda, “Allah SWT berfirman, “Pada hamba-Ku tidak berkumpul dua ketakutan dan dua rasa aman. Barang siapa yang takut kepada-Ku di dunia, Aku akan berikan keamanan kepadanya di akhirat. Sebaliknya, barangsiapa yang merasa aman kepada-Ku di dunia, Aku akan memberikan rasa takut kepadanya pada hari kiamat.” Tentang hal tersebut pun Allah SWT telah berfirman, “Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takut kepada-Ku, jika kamu benar-benar beriman,” (QS. Ali Imron:175)
Semestinya kita menyikapi berbagai persoalan bangsa dengan penuh rasa takut kepada Allah SWT, karena apa yang sekarang ini sedang terjadi tidak terlepas dari sumbangsih kita sebagai bagian dari bangsa ini. Lantas apakah kita telah kehilangan rasa takut kepada Rabb kita, dengan melakukan kesalahan berulang, menggantungkan harapan kepada orang-orang yang telah banyak menguras hasil negeri ini untuk kepentingan perut mereka semata?
Alangkah indahnya apabila bangsa ini dipimpin dan diwakili oleh mereka yang lebih sering menangis karena takutnya kepada Sang Pencipta, merendahkan kepala bersujud di sepertiga malam demi mengharapkan ampunan-Nya. Bukankah Nabi saw bersabda, “Tidak masuk Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali pada payudara,” (HR. Tirmidzi).
Inilah bukti nyata ketaatan, dan tidak hanya dalam bentuk slogan atau pun retorika saja. Kita harus menyadari bahwa kualitas akhlak lebih utama, disbanding kita harus mengorbankan waktu panjang dalm perjalanan bangsa hanya untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang tidak bermoral namun terbungkus oleh keshalihan palsu. Rasa takut kita kepada Allah SWT sudah seharusnya membuat kita cerdas dalam bertindak, bahwa apabila Allah tidak memberikan keridhaannya mengapa kita harus menggantungkan harapan kepada sekelompok atau segelintir orang yang tidak bermoral dan sama sekali tidak memiliki rasa takut terhadap Yang Maha Besar.
[Sabili No 13 Th. XI]
Jumat, 05 Maret 2010
Khadijah Binti Khuwailid
Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da'wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah bin Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu'minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya.
Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira'. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia
membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa."
Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, pada- hal di hadapan kita ada "wanita terbaik di dunia," Khadijah binti Khu- wailid, Ummul Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.
Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu
beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan se- baik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya.
Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :"Wahai, Rasulullah, inilah
Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Keshahihannya telah disepakati."]
Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang
terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu'min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita. Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar- Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat- ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT.
Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya.
Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan
dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :"Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.
Khadijah r.a. berkata :"Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini." Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :"Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah r.a. menjawab :"Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."
Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para
shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolong- nya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolong- nya dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang- orang mengingkari.
Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia." [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Jibril datang
kepada Nabi SAW, lalu berkata :"Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan." [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]
Sumber: Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW karangan Muhammad Ibrahim Saliim
Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira'. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia
membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa."
Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, pada- hal di hadapan kita ada "wanita terbaik di dunia," Khadijah binti Khu- wailid, Ummul Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.
Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu
beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan se- baik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya.
Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :"Wahai, Rasulullah, inilah
Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Keshahihannya telah disepakati."]
Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang
terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu'min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita. Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar- Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat- ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT.
Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya.
Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan
dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :"Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.
Khadijah r.a. berkata :"Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini." Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :"Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah r.a. menjawab :"Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."
Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para
shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolong- nya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolong- nya dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang- orang mengingkari.
Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia." [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Jibril datang
kepada Nabi SAW, lalu berkata :"Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan." [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]
Sumber: Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW karangan Muhammad Ibrahim Saliim
Ukhuwah itu...
Salah satu tanda kesempurnaan islam ialah bahwa islam diciptakan sebagai agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Mulai dari hal yang kecil, yang terkadang dianggap sepele, hingga dalam kehidupan karir, pekerjaan dan rumah tangga. Tidak ketinggalan pula mengenai hubungan kita dengan orang lain, pun diatur oleh agama rahmatan lil alamin ini.
Kalau dalam sehari-hari kita membahasakan hubungan kita dengan orang lain dengan pertemanan, persahabatan, kerabat, dan keluarga, maka dalam islam kita mengenal istilah Ukhuwah. Ukhuwah berarti ketertarikan hati dan jiwa, dan ukhuwah yang paling indah dihadapan Allah ialah Ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah berarti ketertarikan hati dan jiwa satu sama lainnya dengan ikatan aqidah. Terkadang, sulit untuk mencintai seseorang karena aqidahnya, bahkan kepada orangtua sekalipun. Ukhuwah Islamiyah hanya bisa hadir kepada orang yang betul2 kita cintai karena Allah. Tidak mengenal siapa orang itu, asal ia islam, maka kita dapat berukhuwah dengan dia.
Secara umum, ukhuwah dapat terbagi menjadi ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliah. Perbedaan keduanya ialah :
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat islam.
Ukhuwah Jahiliah bersifat temporer, terbatas pada waktu dan tempat. Misalnya ikatan keturunan, pernikahan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi.
Untuk menjalin ukhuwah islamiyah dengan orang lain, maka beberapa tahap berikut ini dapat dilakukan.
1. Ta’aruf
Tak kenal, maka ta’aruf. Ta’aruf ialah pengenalan jasad, jiwa dan sifat. Untuk menjalin ukhuwah dengan orang lain, kita perlu untuk mengenalnya baik fisik, cara berfikir, dan karakternya. Ta’aruf adalah tahap awal dalam menjalin ukhuwah, dan ini bisa kita lakukan kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
(Al Hujurat : 13:49)
2. Tafahum
Tafahum berarti saling memahami. Pada tahap ini, kita tidak lagi sekedar mengenal orang lain, tapi mulai memahami dirinya. Misalnya saja dengan orang yang memilki kebiasaan berbicara dengan suara keras, maka kita tidak perlu tersinggung atau marah, karena kita telah memahami karakter orang tersebut. Begitu pula dengan sikap yang awalnya asing bagi kita, namun jika kita mulai memahami orang lain, maka kita dapat menghindari perasaan tersinggung, marah dan kesal dengan sikapnya.
Tafahum ini merupakan aktifitas dua arah. Banyak orang yang cenderung ingin dimengerti dan difahami karakternya, namun tidak mencoba untuk memahami orang lain. Ukhuwah hanya dapat terjalin jika keduanya dapat saling memahami.
3. Ta’awun
Ta’awun berarti tolong-menolong. Setiap orang secara naluri, memiliki sifat penolong, hanya saja derajat keinginan untuk melakukannya berbeda-beda.
Al-Maidah : 2
Dalam hadist “ Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya”
Tolong-menolong tentunya hanya dibatasi dalam masalah kebajikan dan taqwa. Bentuknya dapat melalui saling mendo’akan, menasihati, saling membantu, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hal yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling memberikan pertolongan.
Hadist Shahih dari Anas bin Maalik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau dizalimi.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi dapatlah aku mengerti. Namun, bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?” Rasulullah menjawab, “kamu cagah dia agar tidak berbuat aniaya, maka itulah pertolonganmu untuknya.”
4. Takaful
Takaful ialah melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Dalam sebuah Hadist:
“perumbamaan orang-orang yang beriman di dalam kecintaan, kasih saying dan hubungan kekerabataan mereka adalah bagaikan tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh sakit maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam dan tidak bias tidur.”
Inti dari Ukhuwah ialah menghadirkan rasa cinta atau Mahabbah, yang terbagi dalam beberapa tingkatan:
1. tingkatan terendah ialah Salamus Shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud, benci, dengki dan sebab-sebab permusuhan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang mengimami suatu kaum sedang kaum itu membencinya, wanita yang diam semalam suntuk sedang suaminya marah padanya, dan dua saudara yang memutus hubungan di antara keduanya.
2. tingkatan berikutnya ialah cinta. Dalam sebuah hadist: “Tidaklah sempurna iman seorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR muttafaq alaihi)
3. tingkatan tertinggi ialah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya sendiri. Banayk kisah ketika di zaman Rasulullah, dimana para sahabat menunjukkan kecintaannya dengan saudaranya dengan mendahulukan kepentingan mereka, dan hal itu telah jarang ditemukan pada zaman sekarang.
Beberapa hal yang harus kita pelihara untuk menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. memberitahukan kecintaannya
2. mohon didoakan jika hendah berpisah
3. saat berjumpa, menampakkan wajah yang ramah dan senyum
4. saling silaturrahim
5. membantu keperluannya
6. berjabat tangan saat berjumpa
7. memberi hadiah pada waktu2 tertentu
8. merasa senasib
9. tidak berburuk sangka padanya
Kalau dalam sehari-hari kita membahasakan hubungan kita dengan orang lain dengan pertemanan, persahabatan, kerabat, dan keluarga, maka dalam islam kita mengenal istilah Ukhuwah. Ukhuwah berarti ketertarikan hati dan jiwa, dan ukhuwah yang paling indah dihadapan Allah ialah Ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah berarti ketertarikan hati dan jiwa satu sama lainnya dengan ikatan aqidah. Terkadang, sulit untuk mencintai seseorang karena aqidahnya, bahkan kepada orangtua sekalipun. Ukhuwah Islamiyah hanya bisa hadir kepada orang yang betul2 kita cintai karena Allah. Tidak mengenal siapa orang itu, asal ia islam, maka kita dapat berukhuwah dengan dia.
Secara umum, ukhuwah dapat terbagi menjadi ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliah. Perbedaan keduanya ialah :
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat islam.
Ukhuwah Jahiliah bersifat temporer, terbatas pada waktu dan tempat. Misalnya ikatan keturunan, pernikahan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi.
Untuk menjalin ukhuwah islamiyah dengan orang lain, maka beberapa tahap berikut ini dapat dilakukan.
1. Ta’aruf
Tak kenal, maka ta’aruf. Ta’aruf ialah pengenalan jasad, jiwa dan sifat. Untuk menjalin ukhuwah dengan orang lain, kita perlu untuk mengenalnya baik fisik, cara berfikir, dan karakternya. Ta’aruf adalah tahap awal dalam menjalin ukhuwah, dan ini bisa kita lakukan kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
(Al Hujurat : 13:49)
2. Tafahum
Tafahum berarti saling memahami. Pada tahap ini, kita tidak lagi sekedar mengenal orang lain, tapi mulai memahami dirinya. Misalnya saja dengan orang yang memilki kebiasaan berbicara dengan suara keras, maka kita tidak perlu tersinggung atau marah, karena kita telah memahami karakter orang tersebut. Begitu pula dengan sikap yang awalnya asing bagi kita, namun jika kita mulai memahami orang lain, maka kita dapat menghindari perasaan tersinggung, marah dan kesal dengan sikapnya.
Tafahum ini merupakan aktifitas dua arah. Banyak orang yang cenderung ingin dimengerti dan difahami karakternya, namun tidak mencoba untuk memahami orang lain. Ukhuwah hanya dapat terjalin jika keduanya dapat saling memahami.
3. Ta’awun
Ta’awun berarti tolong-menolong. Setiap orang secara naluri, memiliki sifat penolong, hanya saja derajat keinginan untuk melakukannya berbeda-beda.
Al-Maidah : 2
Dalam hadist “ Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya”
Tolong-menolong tentunya hanya dibatasi dalam masalah kebajikan dan taqwa. Bentuknya dapat melalui saling mendo’akan, menasihati, saling membantu, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hal yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling memberikan pertolongan.
Hadist Shahih dari Anas bin Maalik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau dizalimi.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi dapatlah aku mengerti. Namun, bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?” Rasulullah menjawab, “kamu cagah dia agar tidak berbuat aniaya, maka itulah pertolonganmu untuknya.”
4. Takaful
Takaful ialah melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Dalam sebuah Hadist:
“perumbamaan orang-orang yang beriman di dalam kecintaan, kasih saying dan hubungan kekerabataan mereka adalah bagaikan tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh sakit maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam dan tidak bias tidur.”
Inti dari Ukhuwah ialah menghadirkan rasa cinta atau Mahabbah, yang terbagi dalam beberapa tingkatan:
1. tingkatan terendah ialah Salamus Shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud, benci, dengki dan sebab-sebab permusuhan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang mengimami suatu kaum sedang kaum itu membencinya, wanita yang diam semalam suntuk sedang suaminya marah padanya, dan dua saudara yang memutus hubungan di antara keduanya.
2. tingkatan berikutnya ialah cinta. Dalam sebuah hadist: “Tidaklah sempurna iman seorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR muttafaq alaihi)
3. tingkatan tertinggi ialah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya sendiri. Banayk kisah ketika di zaman Rasulullah, dimana para sahabat menunjukkan kecintaannya dengan saudaranya dengan mendahulukan kepentingan mereka, dan hal itu telah jarang ditemukan pada zaman sekarang.
Beberapa hal yang harus kita pelihara untuk menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. memberitahukan kecintaannya
2. mohon didoakan jika hendah berpisah
3. saat berjumpa, menampakkan wajah yang ramah dan senyum
4. saling silaturrahim
5. membantu keperluannya
6. berjabat tangan saat berjumpa
7. memberi hadiah pada waktu2 tertentu
8. merasa senasib
9. tidak berburuk sangka padanya
Langganan:
Postingan (Atom)