Sabtu, 05 Februari 2011

Wahai Jiwa yang Lemah!

Wahai jiwa yang lemah…
Telah berapa banyak kesombongan yang mengotori hatimu.
Telah berapa banyak riya dan ketakabburan yang hadir dan melekat di jiwamu…
Kau merasa paling suci…
Kau merasa paling sempurna…
Kau merasa telah memiliki setiap kebaikan yang seharusnya ada di tiap diri manusia…

Wahai jiwa yang lemah…
Dimana keikhlasan itu???
Kau mengatakan dirimu ikhlas ketika melakukan sesuatu…
Lantas kau tersenyum ketika seseorang memuji perbuatanmu…
Lalu masihkah itu ikhlas namanya???
Kau meyakinkan dirimu bahwa kau ikhlas menolong seseorang…
Lantas beberapa saat kemudian kau mengingat-ingat kebaikanmu kembali..
Lalu katakan padaku, masihkah ada ikhlas itu????

Wahai jiwa yang lemah…
Berapa banyak hak orang lain kau abaikan…
Merasa dirimu yang paling butuh perhatian
Padahal masalah yang kau hadapi begitu sangat kecilnya dibanding orang-orang yang direnggut haknya.
Kau yang mengatakan penting untuk memberikan perhatian kepada orang lain…
Tapi mana??? Saat sedikit saja cobaan datang kepadamu, kau langsung tak peduli.
Sibuk memikirkan dirimu dan nasibmu…
Sibuk mempertanyakan mengapa Allah menimpakan cobaan itu padamu…

Wahai jiwa yang lemah…
Betapa bangganya kau dengan semua yang telah kau raih…
Lantas berpura-pura bersikap rendah hati dihadapan orang lain…
Betapa angkuhnya dirimu!!!
Tak sadarkah kau???
Atau mungkin kau menikmatinya???
Padahal kebanggaan itu hanya sebagian kecil akibat usahamu…
Sisanya adalah rahmat dari Sang Pencipta…

Wahai jiwa yang lemah…
Kau bekerja dan berusaha demi meraih sesuatu…
Kau katakan ini untuk membahagiakan kedua orang tuamu…
Padahal di hatimu terbersit keinginan untuk mendapat pujian…
Merasa bangga kau lebih baik dari saudaramu yang lain…
Tersipu malu ketika dipuji sanak keluargamu…
Karena memang itulah yang sebenarnya kau cari…
Dan kau menikmatinya…

Wahai jiwa yang lemah…
Tak sadarkah kau dengan semua kelemahanmu itu??
Sudah berapa lama kau tak menangis dalam sujudmu krn lemahnya jiwamu??
Kau hanya sering menangis saat masalah menimpamu…
Padahal ini adalah masalah terbesarmu!!!!
Ketidaktulusan dalam dirimu…
Kesombongan dalam hatimu…
Ketidakpedulian dalam jiwamu…

Bahkan Rasul pun menangis di sujud-sujudnya…
Bahkan sahabatpun menangis setiap saat karena takut jika ada kesombongan dihatinya…


Kelalaian itu telah membutakan hatimu,kawan…
Kesombongan itu telah membekukan jiwamu…

Kumohon…kumohon sadarilah….




~Untuk yang berjiwa lemah, diriku…~

Segera Miliki!!!


Segera Miliki!!!
Majalah Al-Intima'
Spirit Kebangkitan Dakwah

Telah terbit edisi 13. Pesan sekarang juga, sebelum kehabisan!!!

Infaq : Rp.6000,-/eks

Jumat, 04 Februari 2011

Ciri Orang Besar Memulai Perubahan


Pagi yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya. Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat.

Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.

Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.

Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:

Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu

Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal

Senyumlah pada setiap orang

Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain

Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan

Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.

Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing.

Wallahualam bishowab

- dakwatuna.com